v

Terima Kasih Telah Mengunjungi Blog Kami

Selasa, 28 Mei 2013

Fungsi nefron


Fungsi nefron dalam pembentukan urine, autoregulasi, hormone yang mengatur dalam perkemihan, gangguan fungsi ginjal.

Nefron merupakan struktur halus ginjal yang terdiri atas banyak nefron yang merupakan satuan – satuan fungsional ginjal, diperkirakan ada 1.000.000 nefron dalam setiap ginjal. Beberapa fungsi ginjal antara lain adalah :
1. Mengekskresikan sebagian besar produk akhir metabolisme tubuh (sisa metabolisme dan obat – obatan).
2. Mengontrol sekresi hormon – hormon aldosteron da ADH dalam mengatur jumlah cairan tubuh.
3. Mengatur metabolisme ion kalsium dan vitamin D.
4. Menghasilkan beberapa hormon antara lain : eritropoetin dan renin.
5. Mempertahankan keseimbangan garam – garam dan zat – zat lain dalam tubuh.
6. Mempertahankan keseimbangan kadar asam da basa dari cairan tubuh.
Proses pembentukan urine (air kemih). Glomerolus berfungsi sebagai ultra filtrasi, pada simpai bowman berfungsi untuk menampung hasil filtrasi dari glomerolus. Pada tubulus ginjal akan terjadi penyerapan kembali dari zat – zat yang sudah disaring pada glomerolus, sisa cairan akan diteruskan ke ginjal terus berlanjut ke ureter. Urine berasal dari darah yang dibawa arteri renalis masuk kedalam ginjal, darah ini terdiri dari bagian yang padat yaitu sel darah dan bagian plasma darah. Ada
3 tahap pembentukan urine :

1.       Filtrasi. Pada proses ini terjadi karena permukaan aferen lebih besar dari permukaan eferen maka terjadi penyerapan darah, sedangkan sebagian yang tersaring adalah bagian cairan darah, cairan yang tersaring ditampung oleh simpai bowman, diteruskan ketubulus ginjal.
2.        Reabsorpsi. Pada proses ini terjadi penyerapan kembali sebagian besar dari glukosa, sodium, klorida, fosfat dan beberapa ion karbonat. Prosesnya terjadi secara pasif yang dikenal dengan obligator reabsorpsi terjadi pada tubulus atas. Sedangkan pada tubulus ginjal bagian bawah terjadi kembali penyerapan dan sodium dan ion bikarbonat, bila diperlukan akan diserap kembali kedalam tubulus bagian bawah, penyerapannya terjadi secara aktif dikenal dengan reabsorpsi fakultatif dan sisanya dialirkan pada papila renalis.
3.        Sekresi. Sisanya penyerapan kembali yang terjadi pada tubulus dan diteruskan ke piala ginjal selanjutnya diteruskan keluar.

Autoregulasi Ginjal.

- Perubahan arteri menyebabkan perubahan jelas dalam pengeluaran urin, tekanan ini dapat berubah dari sekecil 75 mmHg sampai setinggi 160 mmHg.
- Hal ini menyebabkan perubahan yang sangat kecil atas laju filtrasi glomerolus. Karena nefron memerlukan laju filtrasi glomerolusyang optimum jika ia melakukan fungsinya. Laju filtrasi glomerolus lebih besar / kecil 5 % dapat menyebabkan pengaruh yang besar yaitu kehilangan cairan yang berlebihan kedalam urin. Ekskresi produk – produk sisa yang diperlukan terlalu kecil.
- Mekanisme umpan balik vasodilator arteriol aferen.
- Mekanisme umpan balik vasokontriktor arteriol aferen.
- Mekanisme autoregulasi laju filtrasi glomerolus – umpan balik tubuloglomerolus mungkin timbul seluruhnya atau hampir seluruhnya pada kompleks justaglomerolus yang mempunyai sifat laju filtrasi glomerolus yang rendah memungkinkan reabsorpsi klorida yang berlebihan didalam tubulus sehingga menurunkan konsentrasi ion klorida, pada makula densa.

Sistem Renin – Angiotensin.

Renin adalah enzim proteolitik yang dihasilkan dan dilepaskan oleh ginjal dalam berespon terhadap penurunan perfusi ginjal atau peningkatan rangsang sistem saraf simpatis. Renin bekerja pada angiotensinogen untuk menghasilkan angiotensin I, yang diubah menjadi angiotensin II, suatu vasokonstriktor poten. Angiotensin II selanjutnya, menstimulasi pelepasan aldosteron. Obat – obatan antihipertensi tertentu sebagian bertindak dengan mencegah perubahan angiotensin I menjadi angiotensin II.

Kerja sistem renin – angiotensin – aldosteron :
Hemoragi


Penurunan Tekanan Arteri
(Penurunan Perfusi Ginjal)
Pelepasan Renin oleh Ginjal
Substrat Renin Angiotensin I
Enzim Pengubah
(Paru – Paru)
Angiotensin II
Vasokonstriksi Pelepasan Aldosteron
Retensi Natrium dan Air
Peningkatan Volume Vaskular
Peningkatan Tekanan Arteri

Pengaruh ADH.

ADH adalah hormon yang dihasilkan oleh hipotalamus dan disekresi kedalam sirkulasi umum oleh kelenjar hifofisis posterior. Hormon bekerja pada duktus koligentes ginjal untuk meningkatkan reabsorpsi air dan memungkinkan ekskresi urine yang pekat. Faktor – faktor yang meningkatkan pelepasan ADH :
• Peningkatan osmolalitas plasma yang dideteksi oleh osmoreseptor yang terletak didalam hipotalamus.
• Penurunan volume sirkulasi efektif yang dideteksi oleh reseptor volume yang terletak didalam sistem pembuluh darah pulmoner dan atrium kiri.
• Penurunan tekanan darah yang dideteksi oleh baroreseptor.
• Stres dan nyeri.
• Obat – obatan, termasuk morfin dan barbiturat.
• Pembedahan dan anastetik tertentu.
• Ventilator tekanan positif.
Faktor – faktor yang menurunkan pelepasan ADH :
• Penurunan osmolalitas plasma.
• Peningkatan volume sirkulasi efektif.
• Peningkatan tekanan darah.
• Obat – obatan, termasuk fenitoin dan etil alkohol.
ADH juga adalah vasokonstriktor arteri yang bekerja untuk meningkatkan tekanan darah dengan meningkatkan tahanan vaskular. ADH diatur secara utama oleh perubahan pada osmolalitas plasma dan volume sirkulasi efektif. Faktor – faktor tambahan yang mempengaruhi pelepasan ADH adalah emosi dan obat – abatan.

Peran Aldosteron.

Aldosteron adalah hormon mineralkortikoid yang dilepaskan oleh korteks adrenal, yang bekerja pada bagian distal dari tubulus ginjal untukmeningkatkan reabsorpsi natrium dan sekresi serta ekskresi kalium dan hidrogen. Karena retensi natrium menimbulkan retensi air, aldosteron bekerja sebagai pengatur volume. Faktor – faktor yang meningkatkan pelepasan aldosteron termasuk hal berikut :
• Peningkatan kadar renin.
• Peningkatan kadar kalium plasma.
• Penurunan kadar natrium plasma.
• Peningkatan kadar ACTH.

Gangguan Fungsi Glomerolus, Tubulus dan Batu Ginjal.
- Sindroma nefrotik.
Sebuah keadaan dimana ginjal, meskipun tidak ada kegagalan fungsi exkretori, kehilangan sejumlah besar protein, proteinuria besar terjadi kadar protein plasma turun dan berakibat edema.
- Pielonefritis.
Peradangan jaringan ginjal dan pelvis ginjal, bila akut terasa sangat sakit dengan kenaikan suhu, menggigil dan muntah – muntah.
- Sistitis.
Peradangan kandung kencing, dimana urin keluar sedikit – sedikit tetapi sering dan disertai rasa sangat sakit.
- Batu Kandung Kencing.
Dapat terbentuk ditempat atau berasal dari ginjal masuk kedalam kandung kencing, karena kandung kencing berkontraksi untuk mengeluarkan air kencing maka batu tertekan pada trigonum yang peka yang menyebabkan rasa sakit dan infeksi sering menyertai.

0 komentar:

Posting Komentar

Blogger templates

Powered By Blogger

Labels

Pages - Menu

Terima kasih telah mengunjungi blog kami »
Semoga apa yg saya posting bisa bermanfaat bagi anda :)
http://johantkj-johan.blogspot.com/

Followers

Followers

s

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Affiliate Network Reviews